NOMOR 1 TAHUN 2019

SALINAN

PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 1 TAHUN 2019

TENTANG

RINCIAN BIDANG USAHA DAN JENIS PRODUKSI INDUSTRI PIONIR YANG DAPAT DIBERIKAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN SERTA PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang    :

a.

bahwa untuk melaksanakan Pasal 3 ayat (3) Peraturan

Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.010/2018 tentang

Pemberian  Fasilitas  Pengurangan  Pajak  Penghasilan

Badan,  perlu  menetapkan  kembali  rincian  bidang

usaha dan jenis produksi industri pionir dan menyempurnakan pedoman dan tata cara pemberian fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan di Badan Koordinasi Penanaman Modal;

b.       bahwa  dalam  menetapkan  kembali  rincian  bidang usaha dan jenis produksi industri pionir yang dapat diberikan fasilitas   pengurangan   pajak   penghasilan badan, perlu memperhatikan surat Kementerian Koordinator  Bidang        Perekonomian        Nomor S-288/D.I.M.EKON/11/2018   tanggal   30   November 2018  tentang  Bidang  Usaha  yang  dapat  Diberikan Fasilitas Tax Holiday;

c.       bahwa     berdasarkan     pertimbangan     sebagaimana dimaksud dalam   huruf   a   dan   huruf   b,   perlu menetapkan Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal          tentang   Rincian   Bidang   Usaha   dan   Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat Diberikan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

Mengingat   :

 1.    Undang-Undang   Nomor   25   Tahun   2007   tentang Penanaman          Modal    (Lembaran    Negara    Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

2.       Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan (Lembaran Negara  Republik  Indonesia  Tahun  2010 Nomor 161, Tambahan   Lembaran   Negara   Republik   Indo]nesia Nomor 5183);

3.       Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan   Berusaha   Terintegrasi   Secara Elektronik         (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6215);

4.       Peraturan  Presiden  Nomor  90  Tahun  2007  tentang Badan      Koordinasi   Penanaman   Modal   sebagaimana telah  diubah  dengan  Peraturan  Presiden  Nomor  86 Tahun  2012  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Tahun 2012 Nomor 210);

5.       Peraturan  Presiden  Nomor  91  Tahun  2017  tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 210);

6.    Peraturan  Menteri  Keuangan   Nomor 150/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1553);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan         :  

PERATURAN  BADAN  KOORDINASI  PENANAMAN  MODAL TENTANG RINCIAN BIDANG USAHA DAN JENIS PRODUKSI INDUSTRI PIONIR YANG DAPAT DIBERIKAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK   PENGHASILAN   BADAN   SERTA PEDOMAN         DAN   TATA   CARA   PEMBERIAN   FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:

1.       Penanaman   Modal   adalah   segala   bentuk   kegiatan menanam  modal,  baik  oleh  Penanam  Modal  Dalam Negeri         maupun    Penanam    Modal    Asing,    untuk melakukan usaha    di    wilayah    negara    Republik Indonesia.

2.       Penanaman Modal Baru adalah segala bentuk kegiatan menanam modal dalam rangka pendirian usaha baru maupun perluasan kegiatan usaha.

3.       Industri    Pionir    adalah    industri    yang    memiliki keterkaitan       yang  luas,  memberi  nilai  tambah  dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru,  dan  memiliki nilai  strategis  bagi  perekonomian nasional.

4.       Kegiatan Usaha Utama adalah bidang usaha dan jenis produksi  sebagaimana  tercantum  dalam  izin  prinsip, izin investasi,  pendaftaran  penanaman  modal, Nomor Induk Berusaha, dan Izin Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga     OSS   Wajib   Pajak   pada   saat   pengajuan permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Badan, termasuk                   perluasan   dan   perubahannya   sepanjang termasuk dalam kriteria Industri Pionir.

5.       Saat Mulai Berproduksi Komersial adalah saat pertama kali hasil produksi dari Kegiatan Usaha Utama dijual ke pasaran dan/atau digunakan sendiri untuk proses produksi lebih lanjut.

6.       Konfirmasi   Pendahuluan   (In   Advance   Confirmation) adalah surat pemberitahuan kepada Penanam Modal mengenai pemenuhan persyaratan Industri Pionir untuk mendapatkan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

7.       Nomor Induk Berusaha yang selanjutnya disingkat NIB adalah identitas Pelaku Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga        OSS   setelah   Pelaku   Usaha   melakukan Pendaftaran.

8.       Izin Usaha adalah izin yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota setelah Pelaku Usaha melakukan  Pendaftaran  dan  untuk  memulai  usaha dan/atau kegiatan    sampai    sebelum    pelaksanaan komersial    atau     operasional     dengan     memenuhi persyaratan dan/atau Komitmen.

9.       Usulan   Pemberian   Pengurangan   Pajak   Penghasilan Badan     adalah   usulan   Kepala   Badan   Koordinasi Penanaman  Modal  yang  ditujukan  kepada  Menteri Keuangan   sebagai    bahan    pertimbangan    untuk keputusan penetapan Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

10.  Badan Koordinasi Penanaman Modal, yang selanjutnya disingkat     BKPM,  adalah  Lembaga  Pemerintah  Non Kementerian  yang   bertanggung   jawab   di   bidang Penanaman Modal, yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

11.  Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission, yang selanjutnya disingkat OSS, adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga,    gubernur,   atau   bupati/wali   kota   kepada pelaku    usaha    melalui    sistem    elektronik    yang terintegrasi.

12. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS, yang selanjutnya        disebut  Lembaga  OSS,  adalah  lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.

BAB II

BESARAN DAN JANGKA WAKTU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

Pasal 2

(1)      Pengurangan   Pajak   Penghasilan   Badan   diberikan sebagai berikut:

a. Sebesar  100%  (seratus  persen)  dari  jumlah  Pajak Penghasilan Badan yang terutang untuk penanaman modal   baru     dengan     nilai     paling     sedikit Rp500.000.000.000,00  (lima  ratus  miliar  rupiah); dan

b. Sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah Pajak Penghasilan Badan yang terutang untuk penanaman modal        baru     dengan     nilai     paling     sedikit Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dan paling banyak kurang dari Rp500.000.000.000,00 (lima ratus miliar rupiah).

(2)      Jangka waktu pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

a.       selama  5  (lima)  tahun  pajak  untuk  Penanaman Modal    Baru  dengan  nilai  rencana  Penanaman Modal  paling  sedikit Rp500.000.000.000,00 (lima ratus  miliar   rupiah)     dan     kurang     dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);

b.       selama 7 (tujuh) tahun pajak untuk Penanaman Modal    Baru  dengan  nilai  rencana  Penanaman Modal paling sedikit Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun  rupiah)  dan  kurang  dari Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah);

c.       selama    10    (sepuluh)    tahun    pajak    untuk Penanaman    Modal  Baru  dengan  nilai  rencana Penanaman  Modal   paling   sedikit Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) dan kurang dari Rp15.000.000.000.000,00 (lima belas triliun rupiah);

d.       selama   15   (lima   belas)   tahun   pajak   untuk Penanaman    Modal  Baru  dengan  nilai  rencana Penanaman           Modal          paling          sedikit Rp15.000.000.000.000,00       (lima    belas    triliun rupiah) dan kurang dari Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah); atau

e.       selama   20   (dua   puluh)   tahun   pajak   untuk Penanaman    Modal  Baru  dengan  nilai  rencana Penanaman           Modal          paling          sedikit Rp30.000.000.000.000,00 (tiga puluh triliun rupiah).

(3)      Jangka waktu pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberikan selama 5 (lima) tahun pajak.

(4)      Setelah  jangka  waktu  pemberian  pengurangan  Pajak Penghasilan Badan yang diberikan kepada Wajib Pajak dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) berakhir, Wajib Pajak diberikan pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagai berikut:

a.       sebesar   50%   (lima   puluh   persen)   dari   Pajak Penghasilan Badan terutang selama 2 (dua) tahun pajak berikutnya untuk penanaman modal baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; atau

b.       sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan Badan terutang selama 2 (dua) tahun pajak berikutnya untuk penanaman modal baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.

BAB III

KRITERIA DAN PERSYARATAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

Pasal 3

(1)      Untuk     dapat     memperoleh     pengurangan     Pajak Penghasilan      Badan   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 2 ayat (1) Wajib Pajak badan harus memenuhi kriteria:

a.    merupakan Industri Pionir;

b.    berstatus sebagai badan hukum Indonesia;

c.       mempunyai  nilai rencana Penanaman Modal Baru minimal sebesar  Rp100.000.000.000,00  (seratus miliar rupiah);

d.       merupakan  Penanaman  Modal  Baru  yang  belum diterbitkan keputusan mengenai pemberian atau pemberitahuan mengenai penolakan pengurangan Pajak Penghasilan Badan; dan

e.       memenuhi ketentuan besaran perbandingan antara utang dan modal sebagaimana dimaksud dalam Peraturan     Menteri   Keuangan   yang   mengatur mengenai          penentuan    besarnya    perbandingan antara    utang   dan   modal   perusahaan   untuk keperluan penghitungan Pajak Penghasilan.

(2)      Nilai rencana Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah nilai sarana produksi dan/atau modal tetap bagi Penanaman Modal Baru, tidak termasuk modal kerja.

(3)      Penanaman Modal Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d yaitu:

a.       pendirian     usaha     baru     yang     merupakan pembangunan pabrik   baru   atau   infrastruktur ekonomi  untuk  menghasilkan  barang  dan/atau jasa;

b.       pendirian usaha baru sebagaimana dimaksud pada huruf a, termasuk pengembangannya yaitu:

1.       pengembangan usaha untuk Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 (lima) digit dan di lokasi yang berbeda tercantum dalam izin usaha/izin perluasan/NIB dan Izin Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS;

2.       pengembangan usaha untuk Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 (lima) digit yang sama namun di lokasi yang berbeda tercantum dalam izin usaha/izin perluasan/ NIB dan Izin Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS; atau

3.       pengembangan usaha untuk Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 5 (lima) digit berbeda  namun  di  lokasi  yang  sama tercantum dalam izin usaha/izin perluasan/ NIB dan Izin Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS; atau

c.       perluasan    usaha    yang    merupakan    kegiatan penambahan kapasitas produksi untuk Klasifikasi Baku  Lapangan  Usaha  Indonesia  (KBLI)  5 (lima) digit  yang  sama  dengan  cakupan  produk  yang sama dan di lokasi yang sama tercantum dalam izin usaha /izin perluasan/ NIB dan Izin Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS.

Pasal 4

(1)      Dalam hal Wajib Pajak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan dimiliki langsung oleh Wajib Pajak dalam negeri, Wajib Pajak harus menunjukkan  bahwa  seluruh  pemegang  saham  yang tercatat    dalam    akta    pendirian    telah    memenuhi kewajiban perpajakan.

(2)      Dalam  hal  terjadi  perubahan  pemegang  saham  yang tercatat dalam akta pendirian sebagaimana dimaksud pada     ayat   (1),   persyaratan   pemenuhan   kewajiban perpajakan hanya berlaku untuk pemegang saham yang tercatat dalam akta perubahan terakhir.

(3)      Pemenuhan  kewajiban  perpajakan  pemegang  saham yang        tercatat   dalam   akta   pendirian   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau pemegang saham yang tercatat  dalam  akta  perubahan  terakhir sebagaimana dimaksud    pada  ayat  (2)  dibuktikan  melalui  surat keterangan     fiskal   yang   diterbitkan   oleh   Direktorat Jenderal Pajak.

BAB IV

BIDANG USAHA DAN JENIS PRODUKSI INDUSTRI PIONIR YANG DAPAT MEMPEROLEH FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

Pasal 5

(1)      Wajib Pajak badan yang melakukan Penanaman Modal Baru        pada    Industri    Pionir    dapat    memperoleh pengurangan        Pajak     Penghasilan     Badan     atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Kegiatan Usaha Utama yang dilakukan.

(2)   Industri  Pionir  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) memiliki cakupan:

a.    industri logam dasar hulu:

1.   besi baja; atau

2.   bukan besi baja, tanpa atau beserta turunannya yang terintegrasi;

b.       industri pemurnian atau pengilangan minyak dan gas bumi tanpa atau beserta turunannya yang terintegrasi;

c.       industri  petrokimia  berbasis  minyak  bumi,  gas alam atau batubara tanpa atau beserta turunannya yang terintegrasi;

d.       industri kimia dasar organik yang bersumber dari hasil      pertanian,   perkebunan,   atau   kehutanan tanpa atau beserta turunannya yang terintegrasi;

e.       industri kimia dasar anorganik tanpa atau beserta turunannya yang terintegrasi;

f.        industri  bahan  baku  utama  farmasi  tanpa  atau beserta  turunannya yang terintegrasi;

g.       industri       pembuatan       peralatan       iradiasi, elektromedikal, atau elektroterapi;

h.      industri  pembuatan  komponen  utama  peralatan elektronika atau telematika, seperti semikonduktor wafer,   backlight   untuk   Liquid   Crystal   Display (LCD), electrical driver, atau display;

i.        industri pembuatan mesin dan komponen utama mesin;

j.        industri   pembuatan   komponen   robotik   yang mendukung    industri    pembuatan    mesin-mesin manufaktur;

k.       industri   pembuatan   komponen   utama   mesin pembangkit tenaga listrik;

l.        industri   pembuatan   kendaraan   bermotor   dan komponen utama kendaraan bermotor;

m.   industri pembuatan komponen utama kapal;

n.    industri pembuatan komponen utama kereta api;

o.       industri  pembuatan  komponen  utama  pesawat terbang dan     aktivitas     penunjang     industri dirgantara;

p.       industri   pengolahan   berbasis   hasil   pertanian, perkebunan, atau kehutanan yang menghasilkan bubur kertas (pulp) tanpa atau beserta turunannya;

q.    infrastruktur ekonomi; atau

r.       ekonomi     digital     yang     mencakup     aktivitas pengolahan    data,   hosting,   dan   kegiatan   yang berhubungan dengan itu.

(3)      Daftar  rincian  bidang  usaha  dan  jenis  produksi dari masing-masing cakupan Industri Pionir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran I yang    merupakan   bagian   tidak   terpisahkan   dari Peraturan Badan ini.

BAB V

TATA CARA PERMOHONAN DAN PENERBITAN USULAN PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

Pasal 6

(1)      Wajib  Pajak  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  3 mengajukan          permohonan      pengurangan      Pajak Penghasilan Badan dengan cara mengakses laman OSS di situs https://www.oss.go.id.

(2)      Penentuan        kesesuaian        pemenuhan        kriteria sebagaimana    dimaksud   dalam   Pasal   3   ayat   (1), dilakukan melalui sistem OSS.

(3)      Dalam hal permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Badan untuk penanaman modal baru dan Wajib Pajak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), sistem OSS menyampaikan pemberitahuan kepada  Wajib  Pajak  bahwa  penanaman  modal memenuhi kriteria untuk memperoleh fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

(4)      Dalam hal permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Badan untuk penanaman modal baru dan Wajib Pajak tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3    ayat    (1),    sistem    OSS    menyampaikan pemberitahuan kepada Wajib Pajak bahwa penanaman modal       tidak  memenuhi  kriteria  untuk  memperoleh fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

(5)      Wajib  Pajak  yang  telah  memperoleh  pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan berminat untuk    mendapat   pengurangan   Pajak   Penghasilan Badan, harus menyampaikan persyaratan kelengkapan yaitu berupa dokumen:

a.       softcopy rincian aktiva tetap dalam rencana nilai penanaman    modal   dan   besaran   perbandingan antara utang dan modal; dan

b.       softcopy atau dokumen elektronik surat keterangan fiskal para pemegang saham, melalui  sistem  OSS  sebelum  Saat  Mulai  Berproduksi Komersial atas penanaman modal baru.

(6)      Permohonan  pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan:

a.       bersamaan       dengan       pendaftaran       untuk mendapatkan NIB bagi Wajib Pajak baru; atau

b.       paling lambat 1 (satu) tahun setelah penerbitan izin usaha untuk penanaman modal baru.

(7)      Permohonan      pengurangan      Pajak      Penghasilan sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1),   yang   telah diterima secara lengkap, disampaikan oleh sistem OSS kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak sebagai Usulan Pemberian Pengurangan Pajak Penghasilan       Badan,  dan  sistem   OSS  mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak bahwa permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Badan disampaikan kepada Menteri Keuangan.

Pasal 7

(1)      Dalam hal permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Badan untuk cakupan industri yang belum tercantum dalam cakupan Industri Pionir sebagaimana dimaksud dalam          Pasal   5   ayat   (2),   dan   memenuhi   kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b sampai dengan huruf e, serta persyaratan dalam Pasal 4 ayat (3), Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan dengan          menyertakan     surat     pernyataan     bahwa industrinya merupakan Industri Pionir.

(2)      Permohonan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) disampaikan kepada Kepala BKPM dengan format surat tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini dengan melampirkan:

a.       penjelasan pemenuhan ketentuan sebagai Industri Pionir sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 3, terhadap bidang usaha yang tidak termasuk dalam daftar          rincian   sebagaimana   tercantum   dalam Lampiran I    yang    merupakan    bagian    tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini; dan

b.       penjelasan  alur  proses  produksi  atas  kegiatan usaha    dan  cakupan  produk  yang  dimohonkan fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan.

(3)      Dalam   hal   pengurusan   permohonan   sebagaimana dimaksud         pada   ayat   (1)   tidak   dilakukan   secara langsung oleh Wajib Pajak, permohonan disampaikan dengan melampirkan surat kuasa bermeterai cukup dengan format tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(4)      Atas surat permohonan  sebagaimana  dimaksud pada ayat (1), BKPM menerbitkan tanda terima permohonan dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV         yang  merupakan  bagian  tidak  terpisahkan  dari Peraturan Badan ini.

Pasal 8

(1)      Terhadap  permohonan  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal       7   ayat   (2)   dilakukan   pembahasan   antar kementerian untuk menentukan kesesuaian bidang usaha Wajib Pajak memenuhi kriteria sebagai Industri Pionir.

(2)      Pembahasan antar kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh BKPM, yang paling sedikit  melibatkan    Kementerian    Keuangan    dan kementerian/lembaga pembina sektor.

(3)      Pembahasan antar kementerian sebagaimana dimaksud pada        ayat   (2)   dilaksanakan   oleh   BKPM   dengan mengundang Wajib Pajak.

(4)      Dalam  pembahasan  antar  kementerian  sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Wajib Pajak menyampaikan penjelasan secara rinci pemenuhan kriteria sebagai Industri Pionir.

(5)      Pelaksanaan      pembahasan      antar      kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya tanda terima         permohonan   sebagaimana   dimaksud   dalam Pasal 7 ayat (4).

(6)      Hasil   pembahasan   antar   kementerian   sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dituangkan dalam berita acara yang ditandatangani   oleh   peserta   rapat   dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(7)      Dalam hal pembahasan antar kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) memutuskan bahwa cakupan industri Wajib Pajak memenuhi kriteria sebagai Industri Pionir,         Kepala   BKPM   dapat   mengajukan   usulan permohonan          pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak.

(8)      Pengajuan     usulan     permohonan     Kepala     BKPM sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan melalui sistem OSS.

(9)   Usulan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat

(8) disampaikan dengan melampirkan:

a.    softcopy surat permohonan wajib pajak;

b.       softcopy    Pendaftaran    Penanaman    Modal/Izin Prinsip/Izin Investasi/NIB dan Izin Usaha serta rincian aktiva    tetap    dalam    rencana    nilai Penanaman Modal Baru;

c.       softcopy  surat  keterangan  fiskal  para  pemegang saham;

d.       softcopy   penjelasan  alur  proses  produksi  atas kegiatan usaha dan cakupan produk; dan

e.       softcopy komitmen pemenuhan ketentuan besaran perbandingan antara      utang      dan      modal sebagaimana  dimaksud  dalam  Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penentuan besarnya perbandingan antara utang dan modal perusahaan untuk keperluan penghitungan Pajak Penghasilan.

(10)  Dalam hal permohonan Wajib Pajak tidak memenuhi kriteria sebagai industri pionir, akan diterbitkan surat penolakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang  merupakan   bagian   tidak   terpisahkan   dari Peraturan Badan ini.

(11)  Kepala   BKPM   melalui   sistem   OSS   menyampaikan pemberitahuan    kepada    Wajib    Pajak    atas    hasil pembahasan antar kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (10).

Pasal 9

(1)      Penanam  Modal  yang  berminat  untuk  mendapatkan fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan dapat terlebih dahulu mengajukan permohonan Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confirmation) dengan format permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(2)      Dalam    hal    pengurusan    permohonan    Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confirmation) sebagaimana dimaksud        pada   ayat   (1)   tidak   dilakukan   secara langsung oleh Wajib Pajak, permohonan disampaikan dengan melampirkan surat kuasa bermeterai cukup dengan format tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(3)      Permohonan   Konfirmasi   Pendahuluan   (In   Advance Confirmation) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan  kepada  Kepala  BKPM  cq.  Deputi  Bidang Pengembangan  Iklim    Penanaman    Modal    dengan melampirkan rencana Penanaman Modal.

(4)      Rencana  Penanaman  Modal  sebagaimana  dimaksud pada ayat (3) meliputi kegiatan usaha, jenis produksi, penjelasan     pemenuhan  kriteria  Industri  Pionir,  dan rencana nilai investasi modal tetap beserta dengan rencana  sumber     pembiayaan     dengan     format sebagaimana   tercantum  dalam  Lampiran  VIII  yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(5)      BKPM menerbitkan tanda terima permohonan dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini terhadap Dokumen permohonan Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confirmation) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang sudah lengkap dan benar.

(6)      Dalam hal bidang usaha dalam permohonan Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confirmation) sebagaimana dimaksud        pada   ayat   (3)   sudah   tercantum   dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari    Peraturan   Badan   ini,   BKPM   dapat   langsung menerbitkan surat Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confirmation) paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan    diterima   dengan   format   sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(7)      Dalam hal bidang usaha dalam permohonan Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confirmation) sebagaimana dimaksud        pada   ayat   (3)   tidak   tercantum   dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini, BKPM mengadakan rapat koordinasi dengan mengundang Penanam Modal, yang paling          sedikit    melibatkan    pejabat    Kementerian Keuangan dan kementerian pembina sektor.

(8)      Dalam  rapat  koordinasi  sebagaimana  dimaksud pada ayat (7), Penanam Modal menyampaikan penjelasan terkait    rencana    Penanaman    Modal    sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(9)      Rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan tanda terima sebagaimana dimaksud pada ayat (5).

(10) Hasil  rapat  koordinasi  sebagaimana  dimaksud  pada ayat    (7)    dituangkan    dalam    berita    acara    yang ditandatangani oleh peserta rapat dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(11) Dalam    hal    hasil    rapat    koordinasi    sebagaimana dimaksud pada ayat (10) Penanam Modal memenuhi kriteria  dan  persyaratan,  BKPM  menerbitkan  Surat Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confirmation) yang memuat informasi meliputi bidang usaha, KBLI, jenis produksi, nilai rencana Penanaman Modal, besaran pengurangan        Pajak  Penghasilan  Badan  dan  jangka waktu   pengurangan      fasilitas      dengan      format sebagaimana         tercantum   dalam   Lampiran   X   yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(12) Dalam    hal    hasil    rapat    koordinasi    sebagaimana dimaksud  pada   ayat   (10),   Penanam   Modal   tidak memenuhi kriteria dan persyaratan, BKPM menerbitkan surat penjelasan dengan format sebagaimana tercantum dalam      Lampiran  XI  yang  merupakan  bagian  tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini.

(13) Surat Konfirmasi Pendahuluan (In Advance Confimation) sebagaimana       dimaksud   pada   ayat   (11)   dan   surat penjelasan  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (12) diterbitkan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah terdapat  keputusan   rapat   koordinasi   sebagaimana dimaksud pada ayat (7).

(14) Surat      Konfirmasi      Pendahuluan      (In      Advance Confirmation) sebagaimana dimaksud pada ayat (11) bukan merupakan surat penetapan pemberian fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

BAB VI

PEMANFAATAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

Pasal 10

(1)      Pemberian   pengurangan   Pajak   Penghasilan   Badan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk dan atas nama         Menteri  Keuangan  setelah  mendapat  usulan permohonan      pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (7) dan Pasal 8 ayat (7)

(2)      Pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan  sebagaimana dimaksud  pada  ayat  (1)  mulai  dimanfaatkan  Wajib Pajak  sejak  tahun pajak  pada  penetapan  Saat Mulai Berproduksi Komersial.

(3)      Saat    Mulai    Berproduksi    Komersial    sebagaimana dimaksud         pada   ayat   (2)   ditetapkan   oleh   Direktur Jenderal  Pajak    berdasarkan    hasil    pemeriksaan lapangan.

(4)      Pemeriksaan  lapangan  sebagaimana  dimaksud  pada ayat         (3)  dilakukan  setelah  Direktur  Jenderal  Pajak menerima pemberitahuan dari Kepala BKPM mengenai permohonan  penetapan    Saat    Mulai    Berproduksi Komersial dari Wajib Pajak melalui sistem OSS.

(5)      Pemberitahuan    dari    Kepala    BKPM    sebagaimana dimaksud         pada   ayat   (4)   dilakukan   setelah   BKPM menerima          pemberitahuan   dari   Wajib   Pajak   yang menyatakan        telah  siap  berproduksi  komersial  yang disampaikan melalui sistem OSS.

(6)      Dalam  hal  berdasarkan  hasil  pemeriksaan  lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditemukan:

a.       jumlah nilai realisasi penanaman modal baru Wajib Pajak     kurang    dari    batas    minimal    rencana penanaman          modal   baru   yang   menjadi   dasar pemberian          jangka   waktu   pengurangan   Pajak Penghasilan Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2);

b.       jumlah nilai realisasi penanaman modal baru Wajib Pajak     lebih      dari      atau      sama      dengan Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); dan

c.       terdapat   kesesuaian   antara   realisasi   dengan rencana Kegiatan Usaha Utama, ketentuan besaran dan/atau jangka waktu terhadap pemberian pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagaimana tercantum dalam keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan besaran pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan  yang seharusnya diperoleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  2  ayat  (1)  dan/atau  jangka waktu pengurangan Pajak Penghasilan Badan yang seharusnya diperoleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) atau Pasal 2 ayat (3).

Pasal 11

(1)   Terhadap Wajib Pajak yang memiliki:

a.       izin prinsip, izin investasi, pendaftaran penanaman modal, yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, Administrator Kawasan Ekonomi Khusus,  Badan Pengusahaan  Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang memiliki         kewenangan  sesuai  dengan  ketentuan peraturan perundang-undangan yang wajib dimiliki dalam rangka memulai usaha; atau

b. NIB dan Izin Usaha yang diterbitkan oleh Lembaga OSS, paling  lama  sejak berlakunya   Peraturan   Menteri Keuangan      Nomor      159/PMK.010/2015  tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.010/2016 tentang Perubahan  atas  Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor 159/PMK.010/2015 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan sampai dengan sebelum   berlakunya   Peraturan   Menteri   Keuangan Nomor 150/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, kecuali pemenuhan cakupan industri pionir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, dapat menyampaikan permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Badan melalui sistem OSS.

(2)      Permohonan  pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a.       memenuhi kriteria  dan  persyaratan  sebagaimana ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 5;

b.    disampaikan   sebelum   Saat   Mulai   Berproduksi Komersial; dan

c.       disampaikan  paling  lambat  1  (satu)  tahun  sejak memiliki NIB.

(3)      Ketentuan  dalam  Pasal  6  berlaku  mutatis  mutandis terhadap  permohonan  sebagaimana  dimaksud  pada ayat (1).

BAB VII

PERLAKUAN BAGI WAJIB PAJAK PROYEK STRATEGIS NASIONAL

Pasal 12

(1)      Wajib  Pajak  yang  mendapat  penugasan  pemerintah sesuai     peraturan    perundang-undangan    mengenai percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional dapat mengajukan permohonan pengurangan Pajak Penghasilan Badan dengan ketentuan tata cara permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4, serta berlaku ketentuan sebagai berikut:

a.       saat  pengajuan  permohonan  pengurangan  Pajak Penghasilan Badan dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5);

b.       pengurangan   Pajak   Penghasilan   Badan   mulai dimanfaatkan Wajib Pajak sepanjang Wajib Pajak memenuhi    kondisi    Saat    Mulai    Berproduksi Komersial          dan    telah    merealisasikan    seluruh rencana penanaman modalnya sesuai dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (5);

c.       pemanfaatan     terhadap     pengurangan     Pajak Penghasilan Badan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan; dan

d.       pemeriksaan   lapangan   sebagaimana   dimaksud pada huruf c dilakukan setelah Direktur Jenderal Pajak menerima pemberitahuan dari Kepala BKPM mengenai permohonan pemanfaatan pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

(2)      Penugasan  pemerintah  sebagaimana  dimaksud  pada ayat         (1)   merupakan   penugasan   yang   ditetapkan berdasarkan keputusan menteri atau pimpinan lembaga setingkat menteri.

(3)      Permohonan  pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) disampaikan melalui        sistem  OSS  disertai  surat  penugasan  yang ditetapkan  berdasarkan    keputusan    menteri    atau pimpinan    lembaga  setingkat  menteri  dalam  bentuk softcopy.

(4)      Permohonan      pengurangan      Pajak      Penghasilan sebagaimana    dimaksud   pada   ayat   (3)   yang   telah lengkap, disampaikan oleh sistem OSS kepada kepada Menteri       Keuangan  melalui  Direktur  Jenderal  Pajak sebagai         usulan    permohonan    pengurangan    Pajak Penghasilan Badan.

(5)      Pemberian   pengurangan   Pajak   Penghasilan   Badan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk dan atas nama         Menteri  Keuangan  setelah  mendapat  usulan permohonan      pengurangan  Pajak  Penghasilan  Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

(6)      Sistem OSS mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak       bahwa     permohonan     pengurangan     Pajak Penghasilan Badan telah disampaikan kepada Menteri Keuangan.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 13

Pada saat Peraturan Badan ini mulai berlaku, Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 5 Tahun 2018 tentang Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat Diberikan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan Serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 715), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 14

Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 21 Januari 2019

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

THOMAS TRIKASIH LEMBONG

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 23 Januari 2019

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 47

Direktorat Jendral Pajak bkpm

Related Articles