PMK No. 119/PMK.08/2016

                              PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

                                                            NOMOR 119/PMK.08/2016

 

                                                                        TENTANG

 

                                             TATA CARA PENGALIHAN HARTA WAJIB PAJAK

                                KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

                          DAN PENEMPATAN PADA INSTRUMEN INVESTASI DI PASAR KEUANGAN

                                                     DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK

 

                                                  DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

 

                                                 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

 

Menimbang :

 

a.         bahwa untuk memberikan pedoman kepada Wajib Pajak dalam melakukan pengalihan harta dan                   investasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka pengampunan pajak,             perlu mengatur ketentuan mengenai tata cara pengalihan Harta Wajib Pajak ke dalam wilayah                       Negara Kesatuan  Republik Indonesia dan penempatan pada instrumen investasi di pasar keuangan               dalam rangka pengampunan pajak;

b.         bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan

            ketentuan Pasal 24 huruf c Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak,                   perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pengalihan Harta Wajib Pajak Ke               Dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Dan Penempatan Pada Instrumen Investasi Di               Pasar Keuangan Dalam Rangka Pengampunan Pajak;

 

Mengingat :

 

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2016 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899);

 

                                                                   MEMUTUSKAN:

 

Menetapkan :

 

PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PENGALIHAN HARTA WAJIB PAJAK KE DALAM WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN PENEMPATAN PADA INSTRUMEN INVESTASI DI PASAR KEUANGAN DALAM RANGKA PENGAMPUNAN PAJAK.

 

 

                                                                        Pasal 1

 

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1.         Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi

            administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara mengungkap Harta                 dan  membayar Uang Tebusan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengampunan                 Pajak.

2.         Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai

            dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

3.         Harta adalah akumulasi tambahan kemampuan ekonomis berupa seluruh kekayaan, baik berwujud

            maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang digunakan untuk usaha

            maupun bukan untuk usaha, yang berada di dalam dan/atau di luar wilayah Negara Kesatuan                          Republik Indonesia.

4.         Utang adalah jumlah pokok utang yang belum dibayar yang berkaitan langsung dengan perolehan                   Harta.

5.         Surat Pernyataan Harta untuk Pengampunan Pajak yang selanjutnya disebut Surat Pernyataan                     adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan Harta, utang, nilai harta bersih,                   penghitungan  dan pembayaran uang tebusan.

6.         Surat Keterangan Pengampunan Pajak yang selanjutnya disebut Surat Keterangan adalah surat yang

            diterbitkan oleh Menteri sebagai bukti pemberian Pengampunan Pajak.

7.         Rekening Khusus adalah rekening Wajib Pajak yang khusus dibuka pada Bank Persepsi pengalihan             harta  untuk menampung pengalihan dana Wajib Pajak dalam rangka Pengampunan Pajak.

8.         Efek adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,

            obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek,               dan setiap derivatif dari Efek.

9.         Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Perbankan.

10.        Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio Efek untuk para                        nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan              asuransi,  dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan                          peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11.        Perantara Pedagang Efek adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli Efek untuk                          kepentingan sendiri atau pihak lain.

12.        Pengelola Harta Wajib Pajak yang berperan sebagai pintu masuk (Gateway) pengalihan Harta Wajib             Pajak yang selanjutnya disebut Gateway adalah Bank, Manajer Investasi, dan Perantara Pedagang               Efek yang  ditunjuk oleh Menteri sebagai Gateway untuk penempatan dan pengelolaan dana Wajib                 Pajak pada instrumen investasi dalam rangka Pengampunan Pajak.

13.        Perjanjian Persyaratan Pembukaan Rekening adalah kontrak antara Wajib Pajak dan Bank yang                    ditunjuk Menteri sebagai Gateway untuk penempatan dana dalam rangka Pengampunan Pajak.

14.        Perjanjian Pengelolaan Portofolio Efek untuk kepentingan nasabah secara individual, yang                              selanjutnya disebut Kontrak Pengelolaan Dana adalah kontrak jasa pengelolaan dana yang                            dilakukan Manajer  Investasi yang ditunjuk oleh Menteri sebagai Gateway kepada satu nasabah                    tertentu dimana berdasarkan perjanjian tentang pengelolaan portofolio Efek, Manajer Investasi diberi              wewenang penuh oleh nasabah  untuk melakukan pengelolaan portofolio Efek berdasarkan                            perjanjian dimaksud.

15.        Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak antara Manajer Investasi yang ditunjuk oleh Menteri                        sebagai Gateway dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan, dimana Manajer                 Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi                  wewenang untuk  melaksanakan Penitipan Kolektif.

16.        Perjanjian Pembukaan Rekening Efek Nasabah adalah kontrak antara Wajib Pajak dan Perantara

            Pedagang Efek yang ditunjuk oleh Menteri sebagai Gateway untuk penempatan dana dalam rangka

            Pengampunan Pajak.

17.        Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara.

18.        Direktur Jenderal Pajak yang selanjutnya disebut Direktur Jenderal adalah pimpinan unit eselon satu              di lingkungan Kementerian Keuangan yang membidangi urusan perpajakan.

19.        Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat NKRI adalah Negara Kesatuan                    Republik  Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25A Undang-Undang Dasar 1945.

 

 

                                                                        Pasal 2

 

(1)        Pengampunan Pajak diberikan kepada Wajib Pajak yang melakukan pengungkapan Harta yang

            dimilikinya dalam Surat Pernyataan.

(2)        Harta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi Harta yang berada:

            a.         di dalam wilayah NKRI;

            b.         dan/atau di luar wilayah NKRI.

(3)        Tambahan Harta dan Utang yang membentuk nilai Harta bersih yang dilaporkan dalam Surat                         Pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan telah diterbitkan Surat Keterangan                            diperlakukan sebagai perolehan Harta baru dan perolehan utang baru Wajib Pajak sesuai tanggal                  Surat Keterangan.

 

 

                                                                        Pasal 3

 

(1)        Dalam hal Harta yang diungkapkan berada di luar wilayah NKRI sebagaimana dimaksud dalam Pasal             2 ayat (2) huruf b, Wajib Pajak dapat mengalihkan Harta berupa dana ke dalam wilayah NKRI.

(2)        Dalam hal Harta berupa dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialihkan ke wilayah NKRI, Harta

            tersebut harus diinvestasikan oleh Wajib Pajak di dalam wilayah NKRI.

(3)        Dalam hal Harta berupa dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah ditempatkan oleh Wajib                   Pajak di dalam wilayah NKRI:

            a.         setelah tanggal 31 Desember 2015; dan

            b.         sebelum Surat Keterangan diterbitkan, terhadap Harta dimaksud diperlakukan sebagai Harta                         yang berada di luar wilayah NKRI yang dialihkan ke dalam wilayah NKRI dan wajib                                       diinvestasikan dalam rangka Pengampunan Pajak.

(4)        Investasi di dalam wilayah NKRI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan paling

            singkat selama jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak dana dialihkan oleh Wajib Pajak ke                       Rekening Khusus melalui Bank Persepsi yang ditunjuk oleh Menteri sebagai Gateway dalam rangka             Pengampunan Pajak.

 

 

                                                                        Pasal 4

 

(1)        Untuk menampung dana yang dialihkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Wajib Pajak

            harus membuka Rekening Khusus pada Bank Persepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat             (4).

(2)        Pembukaan Rekening Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah Wajib Pajak

            menerima Surat Keterangan dan dilakukan sesuai dengan peraturan dan/atau ketentuan otoritas                    terkait.

(3)        Pengalihan dana oleh Wajib Pajak dilakukan melalui Bank Persepsi sebagaimana dimaksud dalam

            Pasal 3 ayat (4) yang berada di dalam wilayah NKRI dan/atau cabang dari Bank Persepsi dimaksud              yang berada di luar wilayah NKRI.

(4)        Cabang dari Bank Persepsi yang berada di luar wilayah NKRI sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

            harus memindahkan dana Wajib Pajak ke Bank Persepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3                   ayat (4) di wilayah NKRI dalam jangka waktu paling lambat pada hari kerja berikutnya.

(5)        Bank Persepsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4) harus menyampaikan laporan kepada

            Direktorat Jenderal Pajak atas pembukaan Rekening Khusus dan pengalihan dana oleh Wajib Pajak               ke Bank Persepsi dimaksud.

 

 

                                                                        Pasal 5

 

Dana yang telah dialihkan dan ditempatkan pada Rekening Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dapat diinvestasikan pada instrumen investasi.

 

 

                                                                        Pasal 6

 

(1)        Investasi atas dana yang dialihkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan dalam bentuk:

            a.         SBN Republik Indonesia;

            b.         obligasi Badan Usaha Milik Negara;

            c.          obligasi lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh pemerintah;

            d.         investasi keuangan pada Bank Persepsi;

            e.         obligasi perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan;

            f.          investasi infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha;

            g.         investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh Pemerintah; dan/atau

            h.         bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)        Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf h,

            ditempatkan pada instrumen investasi sebagai berikut:

            a.         Efek bersifat utang, termasuk Medium Term Notes;

            b.         sukuk;

            c.          saham;

            d.         unit penyertaan reksa dana;

            e.         efek beragun aset;

            f.          unit penyertaan dana investasi real estat;

            g.         deposito;

            h.         tabungan;

            i.          giro; dan/atau

            j.          instrumen investasi pasar keuangan lainnya termasuk produk asuransi, perusahaan                                       pembiayaan, dana pensiun, atau modal ventura, yang mendapatkan persetujuan Otoritas                               Jasa Keuangan.

(3)        Penempatan pada instrumen investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui                       Gateway.

(4)        Tata cara berinvestasi pada instrumen investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengikuti                   prosedur  dan ketentuan yang berlaku di masing-masing Gateway.

(5)        Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, huruf g dan huruf h diatur dalam Peraturan

            Menteri tersendiri.

 

 

                                                                        Pasal 7

 

(1)        Investasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak pada instrumen investasi sebagaimana dimaksud dalam

            Pasal 6 ayat (2) dapat digunakan sebagai jaminan dalam memperoleh fasilitas kredit dari Bank yang

            ditunjuk oleh Menteri sebagai Gateway.

(2)        Persetujuan untuk pemberian fasilitas kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan

            ketentuan yang berlaku di Bank yang ditunjuk oleh Menteri sebagai Gateway.

 

 

                                                                        Pasal 8

 

(1)        Untuk dapat ditunjuk sebagai Gateway sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3), Bank,                       Manajer Investasi, dan/atau Perantara Pedagang Efek harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

            a.         untuk Bank:

                        1)         harus merupakan Bank Persepsi yang ditetapkan oleh Menteri dan termasuk dalam

                                    kategori Bank Umum Kelompok Usaha 4 dan Bank Umum Kelompok Usaha 3; dan

                        2)         selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1) Bank Persepsi harus:

                                    a)         mendapat persetujuan untuk melakukan kegiatan penitipan dengan                                                             pengelolaan  (trust);

                                    b)         memiliki surat persetujuan Bank sebagai kustodian dari Otoritas Jasa                                                           Keuangan;  dan/atau

                                    c)         menjadi administrator Rekening Dana Nasabah.

            b.         untuk Manajer Investasi:

                        1)         Manajer Investasi harus:

                                    a)         dimiliki oleh perusahaan BUMN atau anak perusahaan BUMN;        

                                    b)         mengelola dana kelolaan sampai dengan peringkat sepuluh besar untuk                                                       periode  pelaporan yang terakhir, selain Manajer Investasi yang dimiliki                                                         perusahaan BUMN atau anak perusahaan BUMN;

                                    c)         mengelola reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif penyertaan                                                         terbatas  dengan underlying proyek sektor riil dengan dana kelolaan paling                                                   kurang Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah); atau

                                    d)         mengelola dana investasi real estat berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

                        2)         Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1), Manajer Investasi harus

                                    tidak pernah dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan kegiatan usaha oleh

                                    Otoritas Jasa Keuangan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir sebelum                                                 Peraturan Menteri ini berlaku.

            c.          untuk Perantara Pedagang Efek:

                        1)         harus terdaftar sebagai anggota Bursa Efek Indonesia;

                        2)         harus tidak pernah mendapatkan sanksi administratif berupa pembekuan kegiatan                                         usaha oleh Otoritas Jasa Keuangan dan/atau suspensi oleh Bursa Efek Indonesia                                          dalam 1 (satu) tahun terakhir sebelum Peraturan Menteri ini berlaku;

                        3)         telah melayani nasabah ritel yang memiliki Rekening Dana Nasabah sebelum                                               Peraturan Menteri ini berlaku;

                        4)         telah memperoleh laba usaha berdasarkan Laporan Keuangan Tahunan 2015 entitas

                                    induk saja;

                        5)         memiliki rata-rata nilai Modal Kerja Bersih Disesuaikan Tahun 2015 minimal

                                    Rp75.000.000.000,00 (tujuh puluh lima miliar rupiah); dan

                        6)         memiliki ekuitas positif selama 3 (tiga) tahun terakhir sebelum Peraturan Menteri ini

                                    berlaku.

(2)        Penunjukan Bank, Manajer Investasi, dan Perantara Pedagang Efek sebagai Gateway dilakukan oleh

            Menteri.

 

 

                                                                        Pasal 9

 

(1)        Gateway mempunyai kewajiban sebagai berikut:

            a.         menyediakan Rekening Khusus dan/atau sub Rekening Khusus bagi Wajib Pajak yang

                        menginvestasikan dana di dalam wilayah NKRI dalam rangka Pengampunan Pajak;

            b.         melaporkan Rekening Khusus dan/atau sub Rekening Khusus sebagaimana dimaksud                                dalam huruf a kepada Direktorat Jenderal Pajak;

            c.          memastikan dana yang dialihkan dari luar wilayah NKRI diinvestasikan di dalam wilayah                                NKRI;  

              d.        memastikan penempatan dana oleh Wajib Pajak pada instrumen investasi sebagaimana

                        dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2);

            e.         memastikan instrumen investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dan aset                             yang mendasari (underlying asset) diterbitkan dan/atau diperdagangkan di wilayah NKRI;

            f.          memastikan bahwa dana hasil penerbitan instrumen investasi sebagaimana dimaksud dalam

                        Pasal 6 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f dan/atau huruf j, digunakan

                        di wilayah NKRI dalam hal Wajib Pajak melakukan investasi melalui pasar perdana;

            g.         menyusun dan menandatangani dokumen perjanjian investasi dengan Wajib Pajak meliputi:

                        1)         Perjanjian Persyaratan Pembukaan Rekening untuk Bank;

                        2)         Perjanjian pembukaan rekening untuk berinvestasi pada portofolio investasi melalui

                                    Kontrak Investasi Kolektif atau Kontrak Pengelolaan Dana, untuk Manajer Investasi;

                                    atau

                        3)         Perjanjian Pembukaan Rekening Efek Nasabah untuk Perantara Pedagang Efek;

            h.         melaporkan posisi investasi Wajib Pajak kepada Direktorat Jenderal Pajak secara berkala                             dan  setiap terjadi pengalihan Harta Wajib Pajak antar Gateway; dan

            i.          menghindari/tidak melakukan kegiatan yang menghambat pelaksanaan Pengampunan Pajak

                        baik kegiatan yang dilakukan di dalam negari maupun di luar negeri.

(2)        Dokumen perjanjian investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, paling kurang memuat

            ketentuan mengenai:

            a.         investasi hanya dapat dilakukan pada Efek yang diterbitkan di dalam wilayah NKRI;

            b.         dana hasil penerbitan Efek hanya dapat digunakan di dalam wilayah NKRI; dan

            c.          persetujuan Wajib Pajak kepada Gateway untuk memberikan laporan secara berkala

                        sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h kepada Direktorat Jenderal Pajak.

(3)        Guna mendukung kelancaraan pelaksanaan program Pengampunan Pajak, Gateway melakukan

            sosialisasi, mengenai instrumen investasi dalam rangka Pengampunan Pajak.

 

 

                                                                        Pasal 10

 

(1)        Gateway harus menyampaikan laporan mengenai posisi realisasi pengalihan dan investasi Wajib                   Pajak setiap bulan dan/atau setiap terjadi pengalihan Harta Wajib Pajak antar Gateway.

(2)        Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Gateway selama 3 (tiga) tahun sejak               dana  dialihkan oleh Wajib Pajak ke Rekening Khusus melalui Bank Persepsi sebagaimana                           dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4).

(3)        Laporan yang disampaikan oleh Gateway dapat dijadikan sebagai bahan bagi Direktorat Jenderal                   Pajak  untuk memonitor pelaksanaan investasi yang dilakukan oleh Wajib Pajak selama jangka                     waktu investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

 

 

                                                                        Pasal 11

 

(1)        Direktorat Jenderal Pajak dapat meminta klarifikasi kepada Gateway dalam hal Gateway tidak

            memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2).

(2)        Berdasarkan hasil klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktorat Jenderal Pajak dapat

            mengusulkan kepada Menteri untuk memberikan sanksi kepada Bank, Manajer Investasi, dan/atau

            Perantara Pedagang Efek sebagai Gateway.

(3)        Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa surat peringatan atau pencabutan

            penunjukan sebagai Gateway.

(4)        Pencabutan penunjukan sebagai Gateway oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)                       diumumkan kepada publik dan disampaikan kepada otoritas terkait.

 

 

                                                                        Pasal 12

 

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

 

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya

dalam Berita Negara Republik Indonesia.

 

 

 

 

                                                                        Ditetapkan di Jakarta

                                                                        pada tanggal 18 Juli 2016

                                                                        MENTERI KEUANGAN

                                                                        REPUBLIK INDONESIA,

 

                                                                        ttd.

 

                                                                        BAMBANG P. S. BRODJONEGORO

 

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 18 Juli 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

 

ttd.

 

WIDODO EKATJAHJANA

 

 

 

 

 

                                    BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 1046

Direktorat Jendral Pajak bkpm

Related Articles