Mengenal Analisis Fungsional dalam Penerapan Arm’s Length Principle

Untuk dapat menyimpulkan suatu transaksi afiliasi merupakan transaksi yang wajar, maka harus diperhatikan terlebih dahulu penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atau Arm’s Length Principle (ALP). Dalam rangka menerapkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha, Wajib Pajak diminta untuk menunjukkan analisis kesebandingan serta analisis fungsi, aset dan risiko (FAR) yang telah dilakukannya. Keberadaan analisis tersebut merupakan petunjuk bahwa Wajib Pajak telah melakukan pembandingan kondisi fungsional, sebagai bahan untuk menyimpulkan tingkat kesebandingan kondisi transaksi afiliasi dan transaksi independen yang menjadi pembanding.

Analisis fungsional merupakan pemetaan atas fakta-fakta yang relevan secara ekonomi dan karakteristik transaksi afiliasi dengan memperhatikan fungsi, aset, dan risiko, serta pengalokasian atas fungsi, aset, dan risiko antara pihak-pihak yang terkait dalam transaksi afiliasi  sehingga dapat diketahui karakteristik setiap pihak secara tepat.

Analisis fungsional dilakukan dengan mengidentifikasi fungsi yang dilakukan para pihak yang terlibat dalam transaksi Wajib Pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, aset yang digunakan untuk melakukan fungsi dan risiko yang ditanggung, sebagai bahan untuk diperbandingkan dengan fungsi, aset dan risiko para pihak yang terlibat dalam transaksi antar pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa atau untuk diperbandingkan dengan FAR dari transaksi pada sektor usahanya. Dengan mengetahui karakteristik usaha Wajib Pajak dan lawan transaksinya, maka akan dapat diperkirakan tingkat risiko yang ditanggung dan remunerasi (profit) yang sepadan dengan risiko yang ditanggung tiap-tiap pihak.

Contoh Analisis

Fungsional Berikut merupakan contoh matriks analisis fungsional dari PT XYZ yang menunjukkan fungsi, aset, atau risiko berdasarkan petunjuk dalam lampiran PER – 22/PJ/2013. Tanda ‘XXX’ menunjukkan fungsi, aset, atau risiko yang tinggi. ‘XX’ menunjukkan fungsi, aset, atau risiko yang sedang. ‘X’ menunjukkan fungsi, aset, atau risiko yang rendah. ‘-‘ menunjukkan PT XYZ tidak melakukan fungsi/memiliki aset/menanggung risiko sama sekali.
 

I. FUNGSI PT. XYZ A.   Pembelian Bahan Baku XXX B.   Konsinyasi Bahan Baku – C.   Riset/Penelitian dan Pengembangan X D.   Perencanaan Produksi XXX E.   Proses Produksi/Pengolahan XXX F.   Pergudangan dan Logistik XXX G.   Penetapan Harga Jual XX H.   Invoicing dan Penagihan X I.   Pemasaran, Pengiklanan dan Promosi – J.   Quality Control (QC) XX K.   Penjualan dan Distribusi – II. ASET A.   Aset Tak Berwujud – B.   Aset Berwujud XXX III. RISIKO A.   Risiko Persediaan XXX B.   Risiko Riset dan Pengembangan – C.   Risiko Kredit X D.   Risiko Pasar – E.   Risiko Fluktuasi Kurs X
 

I Fungsi PT. XYZ
A. Pembelian Bahan Baku XXX
B. Konsinyasi Bahan Baku -
C. Riset/Penelitian dan Pengembangan X
D. Perencanaan Produksi XXX
E. Proses Produksi/Pengolahan XXX
F. Pergudangan dan Logistik XXX
G. Penetapan Harga Jual XX
H. Invoicing dan Penagihan X
I. Pemasaran, Pengiklanan, dan Promosi -
J. Quality Control (QC) XX
K. Penjualan dan Distribusi -
II Aset
A. Aset Tak Berwujud -
B. Risiko Riset dan Pengembangan -
C. Risiko Kredit X
D. Risiko Pasar -
E. Risiko Fluktuasi Kurs X

Matriks diatas harus didahului dengan penjelasan detail mengenai fungsi, aset, risiko. Setelah matriks sebagaimana dimaksud di atas, perusahaan harus mampu menyimpulkan karakteristik usahanya. Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan karakteristik usaha PT XYZ adalah sebagai Contract Manufacturing yang melakukan fungsi riset dan pengembangan serta menanggung risiko fluktuasi kurs mata uang.

Direktorat Jendral Pajak bkpm

Related Articles